MATERI PENGAJARAN PERTEMUAN
KEDELAPAN
AL-ISLAM KEMUHAMMADIYAHAN 1
PROSES KEDATANGAN ISLAM DI INDONESIA
Masuknya Islam Ke Indonesia
Pada Abad ke-VII M,
Kondisi dan Situasi Politik
Kerajaan-Kerajaan di Indonesia,
Munculnya
Pemukiman-Pemukiman Muslim di Kota-Kota Pesisir,
Saluran dan Cara-Cara
Islamisasi di Indonesia
Oleh : ZULPIQOR, MA
A.
Pendahuluan
Pada
tahun 1963 M diselenggarakan seminar ilmiyah di kota Medan, Indonesia, untuk
membicarakan tentang masuknya Islam ke Indonesia. Seminar tersebut menghasilkan
hal-hal sebagai berikut :
- Pertama kali Islam masuk ke Indonesia pada abad 1H/7M langsung dari negeri Arab.
- Daerah yang pertama kali dimasuki Islam adalah pesisir Sumatera Utara. Setelah itu masyarakat Islam membentuk kerajaan Islam, yaitu Kerajaan Aceh.
- Para dai yang pertama, mayoritas adalah pedagang. Pada saat itu dakwah disebarkan dengan damai.
Berdasarkan sumber-sumber historis, kita dapat menemukan berbagai teori
tentang masuk dan penyebaran Islam di Indonesia. Teori-teori tersebut juga
sangat beragam mulai teori Gujarat, Persia, dan Arab.
1.
Teori Gujarat
Menurut teori ini, Islam masuk ke Indonesia pada abad ke 12 dan dibawa
oleh para pedagang dari wilayah-wilayah dari anak benua India seperti Gujarat,
Bengali, dan Malabar. Tokoh-tokoh yang mendukung teori ini antara lain Snouck
Hurgronje, Pijnappel, dan Sucipto Wiryo Suparto.
Dalam
L’arabie et les Indes Neerlandaises, Snouck mengatakan teori tersebut
didasarkan pada pengamatan tidak terlihatnya peran dan nilai-nilai Arab yang
ada dalam Islam pada masa-masa awal, yakni pada abad ke-12 atau 13. Snouck juga
mengatakan, teorinya didukung dengan hubungan yang sudah terjalin lama antara
wilayah Nusantara dengan daratan India.
Menurut Snouck Hurgronje, Islam masuk dari daerah Deccan di India. Hal
ini dibuktikan bahwa ajaran tasawuf yang di praktikan oleh muslimin India
selatan mirip dengan ajaran masyarakat muslim di Indonesia.
Bukti-bukti yang diajukan oleh Sucipto Wiryo Suparto untuk memperkuat
dugaan bahawa Islam masuk dari Gujarat antara lain sebagai berikut.
1) Ditemukan nisan Sultan Malik as-Saleh yang terbuat
dari marmer sejenis dengan dengan nisan yang ada di India pada abad 13.
2)
Relief dalam makam Sultan as-Saleh mirip dengan yang
ada di kuil Cambay, India.
3)
Proses Islamisasi mengikuti jalur perdagangan
rempah-rempah yang berpusat di India.
Dalam perkembangannya, teori Gujarat ini banyak di tentang oleh para ahli
karena mengandung beberapa kelemahan.
2.
Teori Persia
Teori ini menyebutkan bahwa Islam masuk ke Indonesia dari tanah Persia
(Iran), sedangkan daerah yang pertama kali dijamah adalah Samudera Pasai. Salah
seorang pendukung teori ini adalah Oemar Amin Hoesin.
Teori ini berdasarkan kepada kesamaan budaya yang dimiliki oleh kelompok
masyarakat Islam dengan penduduk Persia. Salah satu contohnya adalah kesamaan
dalam peristiwa peringatan 10 Muharam sebagai peringatan wafatnya Hasan dan
Husein, cucu Nabi Muhammad SAW. Untuk peringatan yang samam di daerah Sumatra
ada juga tradisi yang bernama Tabut yang berarti keranda.
3.
Teori Arab
Teori ini menjelaskan bahwa masuknya Islam ke Indonesia langsung dari
Mekkah atau Madinah pada abad ke 7. Pendukung teori ini antara lain Hamka.
Bahkan, menurut Ahmad Mansyur Suryanegara, Islam masuk ke Nusantara dibawa oleh
orang-orang Arab Islam generasi pertama atau para sahabat pada masa Khulafaur
Rasyidin.
Pada tahun 1963 M diselenggarakan seminar ilmiyah di kota
Medan, Indonesia, untuk membicarakan tentang masuknya Islam ke Indonesia. Teori-teori
yang kita bahas di atas tak luput dari pembicaraan pada seminar tersebut, yang
pada akhir / kesimpulan seminar tersebut menghasilkan hal-hal sebagai berikut :
1)
Pertama kali Islam masuk ke Indonesia pada abad 1H/7M
langsung dari negeri Arab.
2)
Daerah yang pertama kali dimasuki Islam adalah pesisir
Sumatera Utara. Setelah itu masyarakat Islam membentuk kerajaan Islam, yaitu
Kerajaan Aceh
3)
Para Da’i yang pertama, mayoritas adalah pedagang. Pada
saat itu dakwah disebarkan dengan damai.
Dengan demikian
pada pembahasan materi ini penulis akan sedikit menguraikan tentang bagaimana
kedatangan Islam ke Indonesia.
B. Masuknya Islam ke Indonesia pada Abad
ke-VII M.
Sejak
zaman prasejarah, penduduk kepulauan Indonesia dikenal sebagai pelayar-pelayar
yang sanggup mengarungi lautan lepas. Sejak awal abad masehi sudah ada
rute-rute pelayaran dan perdagangan antara kepulauan Indonesia dengan berbagai
daerah di daratan Asia Tenggara. Wilayah Barat Nusantara dan sekitar Malaka,
sejak masa kuno merupakan wilayah yang menjadi titik perhatian, terutama hasil
bumi yang dijual disana menarik bagi para pedagang dan menjadi daerah lintasan
penting antara Cina dan India. Sementara itu, buah pala dan cengkeh yang
berasal dari Maluku, dipasarkan di Jawa dan Sumatera, untuk kemudian dijual
pada pedagang asing.
Pedagang-pedagang
muslim asal Arab, Persia dan India sudah sampai ke kepulauan Indonesia untuk
berdagang sejak abad ke- 7M (abad 1 H). Menurut J.C Van Leur, berdasarkan
berbagai cerita perjalanan dapat diperkirakan bahwa sejak 674 M ada
koloni-koloni Arab di barat laut Sumatera, yaitu di Barus, daerah penghasil
kapur Barus terkenal. Dari berita Cina, diketahui bahwa di masa Dinasti Tang
(abad ke 9-10). Orang-orang Ta-shin sudah ada dikanton (Kan-fu) dan Sumatera.
Ta-shin adalah sebutan untuk orang-orang Arab dan Persia , yang ketika itu
jelas sudah mejadi muslim.
Perkembangan
pelayaran dan perdagangan yang bersifat Internasional antara negeri-negeri di
Asia bagian Barat dan Timur mungkin disebakan oleh kerajaan Islam. Akan tetapi
belum ada bukti bahwa pribumi Indonesia di tempat-tempat yang disinggahi oleh
para pedagang muslim itu yang beragama Islam. Baru pada zaman-zaman berikutnya
penduduk kepulauan ini, tentu bermula dari penduduk pribumi di koloni –koloni
pedagang muslim itu. Sumber sejarahya Shahih yang memberikan kesaksian sejarah
yang dipertanggung jawabkan tentang berkembangnya masyarakat Islam di
Indonesia, baik berupa prasasti dan historiografi tradisional maupun berita
asing, baru terdapat ketika “komonitas Islam“ berubah menjadi kekuasaan. Sampai
berdirinya kerajaan-kerajaan itu.
Dari
data-data ilmiyah dari berbagai sumber tersebut tentang masuknya Islam ke
Indonesia dapatlah disimpulkan bahwa perkembangan agama Islam di Indonesia
dapat dibagi menjadi tiga fase yaitu :
Fase pertama, Singgahnya
pedagang Islam di pelabuhan – pelabuhan Nusantara, sumbernya adalah
berita luar Negeri terutama Cina.
Fase kedua, Adanya komunitas-komunitas Islam di beberapa daerah
kepulauan Indonesia sumbernya di samping berita-berita asing, juga makam-makam Islam dan
Fase ketiga, Berdirinya kerajaan-kerajaan Islam.
C.
Kondisi dan Situasi Politik
Kerajaan-Kerajaan di Indonesia
Masuknya
Islam ke daerah - daerah di Indonesia tidak dalam waktu yang bersamaan. Pada
saat itu, keadaan sosial politik dan budaya daerah ketika didatangi Islam juga
berlainan. Pada abad ke-7 sampai ke-10 M, kerajaan Sriwijaya meluaskan
kekuasaannya ke daerah Semenanjung Malaka sampai Kedah. Kerajaan Sriwijaya pada
waktu itu memang melindungi orang-orang muslim di wilayah kekuasaannya.
Kemajuan politik dan ekonomi Sriwijaya berlangsung sampai abad ke-12 M. Pada
abad akhir ke-12M, kerajaan Sriwijaya mulai memasuki masa kemundurannya.
Kemunduran politik dan Ekonomi Sriwijaya dipercepat oleh usaha - usaha kerajaan
Singasari yang sedang bangkit di Jawa. Kelemahan Sriwijaya dimanfaatkan pula
oleh pedagang-pedagang muslim untuk mendapatkan keuntungan- keuntungan politik
dan perdagangan. Mereka mendukung daerah-daerah yang muncul dan daerah yang
menyatakan diri sebagai kerajaan bercorak Islam yaitu kerajaan Samudra Pasai di
pesisir Timur Luat Aceh. Daerah ini sudah disinggahi pedagang-pedagang muslim
sejak abad ke-7 dan ke-8 M. Proses islamisasi tentu berjalan di sana sejak abad
tersebut. Kerajaan Samudera Pasai dengan segera berkembang baik dalam bidang
politik maupun perdagangan. Karena kekacauan-kekacauan dalam negeri sendiri
akibat perebutan kekuasaan di istana, kerajaan Singasari, juga pelanjutnya,
Majapahit, tidak mampu mengontrol daerah Melayu dan Selat Maluku dengan baik,
sehingga Kerajaan Samudera Pasai dan Maluku dapat berkembang dan mencapai
puncak kekuasaannya hingga abad ke-16 M.
Baru pada abad ke-9 H / 14 M,
penduduk pribumi memeluk Islam secara massal. Para pakar sejarah berpendapat
bahwa masuk Islamnya penduduk Nusantara secara besar-besaran pada abad tersebut
disebabkan saat itu kaum Muslimin sudah memiliki kekuatan politik yang berarti.
Yaitu ditandai dengan berdirinya beberapa kerajaan bercorak Islam seperti
Kerajaan Aceh Darussalam, Malaka, Demak, Cirebon, serta Ternate. Para penguasa
kerajaan-kerajaan ini berdarah campuran, keturunan raja-raja pribumi pra Islam
dan para pendatang Arab.
Pesatnya Islamisasi pada abad ke-14
dan 15 M antara lain juga disebabkan oleh surutnya kekuatan dan pengaruh
kerajaan-kerajaan Hindu / Budha di Nusantara seperti Majapahit, Sriwijaya dan
Sunda.
D.
Munculnya Pemukiman-Pemukiman Muslim di
Kota-Kota Pesisir
1)
Pemukiman Muslim di Pulau Sumatera
Sumber-sumber
literatur Cina menyebutkan, menjelang seperempat abad ke-7, sudah berdiri
perkampungan Arab Muslim di pesisir pantai Sumatera. Di
perkampungan-perkampungan ini diberitakan, orang-orang Arab bermukim dan
menikah dengan penduduk lokal dan membentuk komunitas-komunitas Muslim.
Kian
tahun, kian bertambah duta-duta dari Timur Tengah yang datang ke wilayah
Nusantara. Seperti pada masa Dinasti Umayyah, ada sebanyak 17 duta Muslim yang
datang ke Cina. Pada Dinasti Abbasiyah dikirim 18 duta ke negeri Cina. Bahkan
pada pertengahan abad ke-7 sudah berdiri beberapa perkampungan Muslim di Kanfu
atau Kanton. Tentu saja, tak hanya ke negeri Cina perjalanan dilakukan.
Beberapa catatan menyebutkan duta-duta Muslim juga mengunjungi Zabaj atau Sribuza atau yang lebih
kita kenal dengan Kerajaan
Sriwijaya. Hal ini sangat bisa diterima karena zaman itu adalah
masa-masa keemasan Kerajaan Sriwijaya. Tidak ada satu ekspedisi yang akan
menuju ke Cina tanpa melawat terlebih dulu ke Sriwijaya.
Selain
Sabaj atau Sribuza atau
juga Sriwijaya disebut-sebut telah dijamah oleh dakwah Islam, daerah-daerah
lain di Pulau Sumatera
seperti Aceh dan Minangkabau menjadi lahan dakwah.
Bahkan di Minangkabau ada tambo yang mengisahkan tentang alam Minangkabau yang
tercipta dari Nur Muhammad. Ini adalah salah satu jejak Islam yang berakar
sejak mula masuk ke Nusantara. Di saat-saat itulah, Islam telah memainkan peran
penting di ujung Pulau Sumatera. Kerajaan
Samudera Pasai-Aceh menjadi kerajaan Islam pertama yang dikenal dalam
sejarah.
2)
Pemukiman Muslim di Pulau Jawa
Selain
di Pulau Sumatera, dakwah Islam juga dilakukan dalam waktu yang bersamaan di
Pulau Jawa. Prof. Hamka dalam Sejarah Umat Islam mengungkapkan, pada tahun 674
sampai 675 masehi duta dari orang-orang Ta Shih (Arab) untuk Cina yang tak lain
adalah sahabat Rasulullah sendiri Muawiyah bin Abu Sofyan, diam-diam meneruskan
perjalanan hingga ke Pulau Jawa. Ekspedisi ini mendatangi Kerajaan Kalingga dan melakukan
pengamatan. Maka, bisa dibilang Islam merambah tanah Jawa pada abad awal
perhitungan hijriah. Jika demikian, maka tak heran pula jika tanah Jawa menjadi
kekuatan Islam yang cukup besar dengan Kerajaan Giri, Demak, Pajang, Mataram, bahkan hingga Banten dan Cirebon.
Proses
dakwah yang panjang, yang salah satunya dilakukan oleh Wali Songo atau Sembilan
Wali adalah rangkaian kerja sejak kegiatan observasi yang pernah dilakukan oleh
sahabat Muawiyah bin Abu Sofyan. Peranan Wali Songo dalam perjalanan
Kerajaan-kerajaan Islam di Jawa sangatlah tidak bisa dipisahkan. Jika boleh
disebut, merekalah yang menyiapkan pondasi-pondasi yang kuat dimana akan
dibangun pemerintahan Islam yang berbentuk kerajaan. Kerajaan Islam di tanah
Jawa yang paling terkenal memang adalah Kerajaan Demak. Namun, keberadaan Giri tak bisa dilepaskan
dari sejarah kekuasaan Islam tanah Jawa.
Sebelum
Demak berdiri, Raden Paku
yang berjuluk Sunan Giri atau yang nama aslinya Maulana Ainul Yaqin, telah
membangun wilayah tersendiri di daerah Giri, Gresik, Jawa Timur. Wilayah ini dibangun menjadi sebuah
kerajaan agama dan juga pusat pengkaderan dakwah. Dari wilayah Giri ini pula
dihasilkan pendakwah-pendakwah yang kelah dikirim ke Nusatenggara dan wilayah
Timur Indonesia lainnya.
3)
Pemukiman Muslim di Pulau Kalimantan
Para
ulama awal yang berdakwah di Sumatera dan Jawa melahirkan kader-kader dakwah
yang terus menerus mengalir. Islam masuk ke Kalimantan atau yang lebih dikenal
dengan Borneo kala itu. Di pulau ini, para
mubaligh-mubaligh dan komunitas Islam kebanyakan mendiami pesisir Barat
Kalimantan.
4) Pemukiman Muslim di Pulau Sulawesi
Celebes
atau Sulawesi, di tanah ini sudah bisa ditemui pemukiman Muslim di beberapa
daerah. Meski belum terlalu besar, namun jalan dakwah terus berlanjut hingga
menyentuh raja-raja di Kerajaan Goa yang beribunegeri di Makassar. Raja Goa pertama yang memeluk Islam adalah Sultan Alaidin al
Awwal dan Perdana Menteri atau Wazir besarnya, Karaeng Matopa pada tahun 1603.
Sebelumnya, dakwah Islam telah sampai pula pada ayahanda Sultan Alaidin yang
bernama Tonigallo dari Sultan Ternate yang lebih dulu memeluk Islam.
Pusat-pusat dakwah yang dibangun oleh Kerajaan Goa inilah yang melanjutkan
perjalanan ke wilayah lain sampai ke Kerajaan Bugis, Wajo Sopeng, Sidenreng,
Tanette, Luwu dan Paloppo.
5)
Pemukiman Muslim di Pulau Maluku
Kepulauan Maluku yang terkenal kaya dengan hasil bumi yang
melimpah membuat wilayah ini sejak zaman antik dikenal dan dikunjungi para
pedagang seantero dunia. Karena status itu pula Islam lebih dulu mampir ke
Maluku sebelum datang ke Makassar dan kepulauan-kepulauan lainnya.
Kerajaan Ternate adalah kerajaan terbesar di kepulauan ini. Islam
masuk ke wilayah ini sejak tahun 1440. Sehingga, saat Portugis mengunjungi
Ternate pada tahun 1512, raja ternate adalah seorang Muslim, yakni Bayang
Ullah. Kerajaan lain yang juga menjadi representasi Islam di kepulauan ini
adalah Kerajaan Tidore yang wilayah teritorialnya cukup luas meliputi sebagian
wilayah Halmahera, pesisir Barat kepulauan Papua dan sebagian kepulauan Seram.
Ada juga Kerajaan Bacan. Raja Bacan pertama yang memeluk Islam
adalah Raja Zainulabidin yang bersyahadat pada tahun 1521. Di tahun yang sama
berdiri pula Kerajaan Jailolo yang juga dipengaruhi oleh ajaran-ajaran Islam
dalam pemerintahannya.
6)
Pemukiman Muslim di Pulau Papua
Beberapa kerajaan di kepulauan Maluku yang wilayah teritorialnya
sampai di pulau Papua menjadikan Islam masuk pula di pulau Cendrawasih ini.
Banyak kepala-kepala suku di wilayah Waigeo, Misool dan beberapa daerah lain
yang di bawah administrasi pemerintahan kerajaan Bacan. Pada periode ini pula,
berkat dakwah yang dilakukan kerajaan Bacan, banyak kepala-kepala suku di Pulau
Papua memeluk Islam. Namun, dibanding wilayah lain, perkembangan Islam di pulau
hitam ini bisa dibilang tak terlalu besar.
7)
Pemukiman Muslim di Nusa Tenggara
Islam masuk ke wilayah Nusa Tenggara bisa dibilang sejak awal
abad ke-16. Hubungan Sumbawa yang baik dengan Kerajaan Makassar membuat Islam
turut berlayar pula ke Nusa Tenggara. Sampai kini jejak Islam bisa dilacak
dengan meneliti makam seorang mubaligh asal Makassar yang terletak di kota
Bima. Begitu juga dengan makam Sultan Bima yang pertama kali memeluk Islam.
Bisa disebut, seluruh penduduk Bima adalah para Muslim sejak mula. Selain Sumbawa, Islam juga masuk ke Lombok. Orang-orang Bugis
datang ke Lombok dari Sumbawa dan mengajarkan Islam di sana. Hingga kini,
beberapa kata di suku-suku Lombok banyak kesamaannya dengan bahasa Bugis.
E.
Saluran dan Cara-Cara Islamisasi di
Indonesia
Kedatangan
Islam dan penyebarannya kepada golongan bangsawan dan rakyat umumnya dilakukan
secara damai. Apabila situasi politik suatu kerajaan mengalami kekacauan dan
kelemahan disebabkan merebutkan kekuasaan dikalangan keluarga istana, maka
Islam dijadikan alat politik bagi golongan bangsawan atau pihak-pihak yang
menghendaki kekuasaan itu. Apabila kerajaan Islam sudah berdiri, penguasanya
melancarkan perang terhadap kerajaan non Islam. Hal itu bukanlah karena
persoalan agama tetapi karena dorongan politik untuk menguasai
kerajaan-kerajaan disekitarnya. Menurut Uka Tjandrasasmita, saluran - saluran
Islamisasi yang berkembang ada 6 yaitu :
1. Saluran Perdagangan
Pada taraf permukaan, saluran
islamisasi adalah perdagangan. Saluran islamisasi melalui perdagangan ini
sangat menguntungkan karena para raja dan bangsawan turut serta dalam kegiatan
perdagangan, bahkan mereka menjadi pemilik kapal dan saham. Kesibukan lalu
lintas perdagangan pada abad ke-7 hingga ke-16 membuat pedagang-pedagang
muslim ( Arab, Persia dan India)
turut ambil bagian dalam perdagangan dari negeri - negeri bagian barat,
Tenggara dan Timur Benua Asia.
2. Saluran Perkawinan
Dari sudut ekonomi, para
pedagang muslim memiliki status sosial yang lebih baik dari pada penduduk
pribumi. Sehingga penduduk pribumi, terutama puteri-puteri bangsawan, tertarik
untuk menjadi isteri-isteri saudagar itu. Sebelum kawin, mereka di Islamkan terlebih
dahulu. Setelah mereka mempunyai keturunan, keturunan mereka makin luas.
Akhirnya timbul kampung-kampung, daerah-daerah dan kerajaan-kerajaan Islam.
3. Saluran Tasawuf
Pengajar-pengajar tasawuf atau
para sufi, mengajarkan teosofi yang bercampur dengan ajaran yang sudah dikenal
luas oleh masyarakat Indonesia. Mereka mahir dalam soal-soal magis dan
mempunyai kekuatan-kekuatan menyembuhkan. Diantara mereka ada juga yang
mengawini puteri-puteri bangsawan setempat dengan tasawuf “ bentuk “ Islam yang
diajarkan kepada penduduk pribumi mempunyai persamaan dengan alam pikiran
mereka yang sebelumnya menganut agama Hindu, sehingga agama baru itu mudah
dimengerti dan diterima.
4. Saluran Pendidikan
Islamisasi juga dilakukan
melalui pendidikan, baik pesantren maupun pondok yang diselenggarakan oleh
guru-guru agama, kyai- kyai dan ulama- ulama dipesantren atau pondok itu. Calon
ulama, guru agama dan kyai mendapat pendidikan agama. Setelah keluar dari
pesantren, mereka pulang kekampung masing-masing atau berdakwah ketempat
tertentu untuk mengajarkan tentang Islam.
5. Saluran Kesenian
Saluran islamisasi malalui
kesenian yang paling terkenal adalah pertunjukan wayang. Sebagaian besar cerita
wayang masih dipetik dari cerita mahaberata dan Ramayana, tetapi di dalam cerita
itu disisikan ajaran dan nama - nama pahlawan Islam, kesenian- kesenian lain
juga dijadikan alat islamisasi seperti sastera (Hikayat, Babat dan Sebagainya),
seni bangunan dan seni ukir.
6. Saluran Politik
Di Maluku dan Sulawesi selatan,
kebanyakan rakyat masuk Islam setelah rajanya memeluk Islam terlebih dahulu.
Pengaruh politik raja sangat membantu tersebarnya Islam di daerah ini.
Disamping itu, baik Sumatera dan Jawa maupun di Indonesia bagian timur, demi
kepentingan politik, kerajaan-kerajaan Islam memerangi kerajaan-kerajaan
nonislam. Kemenangan kerajaan Islam serta politik banyak menarik penduduk
kerajaan bukan Islam itu masuk Islam.
DAFTAR PUSTAKA
Buku Bacaan
Al – Usairy,
Ahmad. Sejarah Islam Sejak Zaman Nabi Adam hingga abad XX.
Dhiya’ ,
Muhammad. Al Islam fi Indonesia.
Dr. Yatim,
Badri M.A. Sejarah Peradaban Islam.
Umatin, Nur Khoiro
dan Khabib Basori. 2010. Pendidikan Agama
Islam untuk SMA/MA. Klaten: Intan Prawira
Internet
Sejarah Masuknya Islam ke Indonesia.www. siap-sekolah.com.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar