MATERI PENGAJARAN PERTEMUAN KEDUA
AL-ISLAM KEMUHAMMADIYAHAN 1
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG
TAHUN AKADEMIK 2011/2012
KEBUTUHAN PSIKOLOGIS
MANUSIA TERHADAP AGAMA
Pengertian Kebutuhan
Psikologis Manusia Terhadap Agama
Latar Belakang Perlunya
Manusia Terhadap Agama
Kedudukan dan Tanggung
Jawab Manusia
Oleh : ZULPIQOR, MA
PENDAHULUAN
Manusia memiliki
bermacam ragam kebutuhan batin maupun lahir akan tetapi,
kebutuhan manusia terbatas karena kebutuhan tersebut juga dibutuhkan oleh manusia lainnya. Karena manusia selalu membutuhkan pegangan hidup yang disebut agama karena manusia merasa bahwa dalam jiwanya ada suatu perasaan yang mengakui adanya yang maha kuasa tempat mereka berlindung dan memohon pertolongan. Sehingga keseimbagan manusia dilandasi kepercayan beragama. sikap orang dewasa dalam beragama sangat menonjol jika, kebutuaan akan beragama tertanam dalam dirinya. Kesetabilan hidup seseorang dalam beragama dan tingkah laku keagamaan seseorang, bukanlah kestabilan yang statis. adanya perubahan itu terjadi karena proses pertimbangan pikiran, pengetahuan yang dimiliki dan mungkin karena kondisi yang ada. Tingkah laku keagamaan orang dewasa memiliki persepektif yang luas didasarkan atas nilai-nilai yang dipilihnya.
kebutuhan manusia terbatas karena kebutuhan tersebut juga dibutuhkan oleh manusia lainnya. Karena manusia selalu membutuhkan pegangan hidup yang disebut agama karena manusia merasa bahwa dalam jiwanya ada suatu perasaan yang mengakui adanya yang maha kuasa tempat mereka berlindung dan memohon pertolongan. Sehingga keseimbagan manusia dilandasi kepercayan beragama. sikap orang dewasa dalam beragama sangat menonjol jika, kebutuaan akan beragama tertanam dalam dirinya. Kesetabilan hidup seseorang dalam beragama dan tingkah laku keagamaan seseorang, bukanlah kestabilan yang statis. adanya perubahan itu terjadi karena proses pertimbangan pikiran, pengetahuan yang dimiliki dan mungkin karena kondisi yang ada. Tingkah laku keagamaan orang dewasa memiliki persepektif yang luas didasarkan atas nilai-nilai yang dipilihnya.
A.
Pengertian Kebutuhan Psikologis Manusia Terhadap Agama
Pengertian kebutuhan psikologis
manusia terhadap agama yaitu pengaruh yang datangnya dari jiwa seseorang,
bagaimana ia berfikir, bersikap, bereaksi, dan bertingkah laku yang menimbulkan
keyakinan untuk dapat menghadirkan Tuhan, karena manusia menyadari akan
keterbatasan dan kekurangannya untuk melindungi dirinya dari sesuatu yang tidak
sanggup ia hadapi, keyakinannya itu masuk dalam konstruksi kepribadiannya. Oleh
karenanya manusia juga biasa disebut sebagai makhluk yang beragama (homo religius)
Keterkaitan manusia dengan agama
menurut Will Durant, seperti dikutip oleh Murtadha Muthahhari sebagai berikut :
“Manusia memiliki seratus jiwa, segala sesuatu bila telah dibunuh, pada kali
pertama itu pun sudah mati untuk selama-lamanya, kecuali agama. Ia akan muncul
lagi dan kembali hidup setelah itu.”
Dari ungkapan di atas dapat dilihat
bahwa agama itu merupakan sifat manusia yang tidak dapat dipisahkan dari
manusia itu sendiri. Dari sejarah keagamaan pun dapat ditunjuk sebagai bukti
bahwa manusia sejak dari nabi Adam sampai sekarang ini walau dalam kualitas
yang berbeda-beda senantiasa terkait dengan kepercayaan kepada sesuatu yang
gaib (supernatural) yang dipandang mempunyai pengaruh terhadap kehidupan,
bahkan pada tingkat yang tertinggi diyakini sebagai tempat mempertaruhkan
kehidupan. (Prof. Dr. H. Ramayulis, Psikologi
Agama, Jakarta: Kalam Mulia, 2002. Hal. 46-47)
Dikemukakan lebih
lanjut, bahwa kebutuhan makhluk akan Khalik, sama sekali tidak bisa
dihindarkan. Makhluk sebagai ciptaan, bagaimanapun sangat tergantung kepada
Sang Pencipta (Khalik). Ketergantungan ini menurut Murtadha Muthahhari, karena
memang potensi tersebut sudah ada dalam diri setiap makhluk. Pada Benda-Benda
mati potensi ini disebut watak (al-tabi’ah) yang menunjukkan ciri khas atau
karakteristik makhluk itu masing-masing. Pada hewan disebut naluri
(al-gharizah), sedangkan pada manusia adalah fitrah. (Murtadha Muthahhari, Fitrah,
terj. Afif Muhammad, Jakarta: Lentera, 1998. Hal. 19-22)
Hubungan manusia
dan agama tampaknya merupakan hubungan yang bersifat kodrati. Agama itu sendiri
menyatu dalam fitrah penciptaan manusia. Terwujud dalam bentuk ketundukan,
kerinduan ibadah, serta sifat-sifat luhur. Manakala dalam menjalankan kehidupannya,
manusia menyimpang dari nilai-nilai fitrah-nya, maka secara psikologis ia akan
merasa adanya semacam “hukum moral”. Lalu spontan akan muncul rasa bersalah
atau rasa berdosa (sense of guilty).
(Prof. Dr. H. Jalaluddin, Psikologi Agama,
Jakarta: Rajawali Pers, 2010. Hal. 159)
B.
Latar Belakang Perlunya Manusia Terhadap Agama
Latar belakang perlunya
manusia terhadap agama, karena di dalam diri manusia terdapat keinginan
terhadap sesuatu yang mendorong timbulnya motifasi agama, contoh kasus motivasi
beragama yang tinggi dalam Islam, antara lain:
·
Motivasi beragama karena didorong oleh keinginan untuk
mendapatkan surga dan menyelamatkan diri dari azab neraka.
·
Motivasi beragama karena didorong oleh keinginan untuk
beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah.
·
Motivasi beragama karena didorong oleh keinginan untuk
mendapatkan keridhaan Allah dalam hidupnya.
·
Motivasi beragama karena didorong oleh keinginan untuk
mendapatkan kesejahteraan dan kebahagiaan hidup.
·
Motivasi beragama karena didorong ingin hulul (mengambil
tempat untuk menjadi satu dengan Tuhan).
·
Motivasi beragama karena didorong oleh kecintaan
(mahabbah) kepada Allah SWT.
·
Motivasi beragama karena ingin mengetahui rahasia Tuhan
dan peraturan Tuhan tentang segala yang ada (ma’rifah)
·
Motivasi beragama karena didorong oleh keinginan untuk
al-ittihad (bersatu dengan Tuhan)
(Prof. Dr. H. Ramayulis, Psikologi Agama, Jakarta: Kalam Mulia,
2002.Hal. 83-84)
a.
Bagaimana pandangan Al-Quran tentang Latar Belakang Perlunya
manusia terhadap agama dapat dilihat dari beberapa tema dalam ayat sebagai
berikut :
1)
Agama
adalah kebutuhan fitri manusia
Fitrah keagamaan yang
ada dalam diri manusia inilah yang melatarbelakangi perlunya manusia pada
agama. Oleh karenanya, ketika datang wahyu Tuhan yang menyeru manusia agar
beragama, maka seruan tersebut memang amat sejalan dengan fitrahnya itu. Dalam
konteks ini Allah berfirman dalam Q.S. Ar-Rum, 30:30
óOÏ%r'sù y7ygô_ur ÈûïÏe$#Ï9 $ZÿÏZym 4 |NtôÜÏù «!$# ÓÉL©9$# tsÜsù }¨$¨Z9$# $pkön=tæ 4 w @Ïö7s? È,ù=yÜÏ9 «!$# 4 Ï9ºs ÚúïÏe$!$# ÞOÍhs)ø9$# ÆÅ3»s9ur usYò2r& Ĩ$¨Z9$# w tbqßJn=ôèt ÇÌÉÈ
Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah;
(tetaplah atas) fitrah* Allah yang Telah menciptakan manusia menurut fitrah
itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi
kebanyakan manusia tidak mengetahui, (QS. Ar-Rum: 30)
________________________________
* fitrah Allah: maksudnya ciptaan Allah.
manusia diciptakan Allah mempunyai naluri beragama yaitu agama tauhid. kalau
ada manusia tidak beragama tauhid, Maka hal itu tidaklah wajar. mereka tidak
beragama tauhid itu hanyalah lantara pengaruh lingkungan.
2) Infomasi
mengenai potensi beragama yang dimiliki manusia dapat pula dijumpai pada ayat
sebagai berikut;
(QS. Al-A’raf:
172)
øÎ)ur xs{r& y7/u .`ÏB ûÓÍ_t/ tPy#uä `ÏB óOÏdÍqßgàß öNåktJÍhè öNèdypkôr&ur #n?tã öNÍkŦàÿRr& àMó¡s9r& öNä3În/tÎ/ ( (#qä9$s% 4n?t/ ¡ !$tRôÎgx© ¡ cr& (#qä9qà)s? tPöqt ÏpyJ»uÉ)ø9$# $¯RÎ) $¨Zà2 ô`tã #x»yd tû,Î#Ïÿ»xî .
Dan (ingatlah),
ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan
Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman):
"Bukankah Aku Ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan
kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari
kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah
orang-orang yang lengah terhadap Ini (keesaan Tuhan)", (QS.
Al-A’Raf: 172)
3) Dalam
hadits Nabi dikatakan bahwa:
”Kullu
mauludin yulaadu ’alal fitrah, fa abawaahu aw yuhaawidaanihi, aw yunaasiraanihi,
aw yumaajisaanihi” (Al-Hadits)
”Setiap anak yang dilahirkan memiliki fitrah (potensi
beragama), maka kedua orang tuanyalah yang menjadikan anak tersebut menjadi
Yahudi, Nasrani, atau Majusi.”
b.
Perlunya manusia terhadap agama bisa dianalisis dari
berbagai kebutuhan manusia, berikut pendapat 2 orang pakar yang bisa kita lihat
sebagai berikut:
1.
Menurut
J.P.Guilford, kebutuhan dasar manusia terdiri dari :
1) Kebutuhan individual : kebutuhan yang
berhubungan dengan kebutuhan jasmani.
2) Kebutuhan sosial (rohaniah) :
kebutuhan yang tidak disebabkan oleh perngaruh yang datang dari luar
(stimulas). Kebutuhan sosial pada manusia berbentuk nilai seperti pujian, dan
binaan, kekuasaan dan mengalah, pergaulan, imitasi dan simpati serta perhatian.
3) Kebutuhan akan agama : manusia disebut
segabai mahkluk beragama (homo Religius). Kebutuhan akan agama ini merupakan
kebutuhan insaniah yang tumbuh dari gabungan berbagai faktor penyebab dari rasa
keberagamaan.
2.
Menurut
Dr. Zakiah Daradjat, bahwa pada diri manusia itu terdapat kebutuhan pokok.
Beliau mengemukakan bahwa selain dari kebutuhan jasmani dan kebutuhan rohani
manusia mempunyai suatu kebutuhan akan adanya kebutuhan akan keseimbangan dalam
kehidupan jiwanya agar tidak mengalami tekanan.
Unsur-unsur
yang dikemukakannya yaitu :
1)
Kebutuhan
akan rasa kasih sayang
2)
Kebutuhan
akan rasa aman
3)
Kebutuhan
akan rasa harga diri
4)
Kebutuhan
akan rasa bebas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar