MATERI PENGAJARAN PERTEMUAN KELIMA
AL-ISLAM KEMUHAMMADIYAHAN 1
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG
TAHUN AKADEMIK 2011/2012
SEJARAH TURUNNYA RISALAH DINUL ISLAM
Masyarakat Arab Pra dan Pasca Diturunkannya
Al-Quran
Peristiwa Hari Pertama Al-Quran Diturunkan dan
Tempatnya
Peristiwa Ayat Al-Quran Terakhir Diturunkan dan
Tempatnya
Oleh : ZULPIQOR, MA
Mengucapkan Salam
Memulai Perkuliahan
dengan membaca BASMALAH
Menjelaskan Deskripsi
singkat materi pembelajaran hari ini mengenai Sejarah Al-Quran ; mata kuliah
ini menjelaskan secara mendalam tentang kondisi masyarakat Arab sebelum dan
sesudah turunnya Al-Quran, ayat dan surah yang mula-mula dan terakhir
diturunkan, kemudian bagaimana cara Al-Quran diturunkan serta tempat-tempat
Al-Quran diwahyukan.
Menjelaskan manfaat
mempelajari materi Sejarah Al-Quran bagi kehidupan sehari-hari mahasiswa adalah
agar mahasiswa memperoleh pengetahuan secara lebih mendalam tentang bagaimana
masyarakat Arab sebelum turunnya Al-Quran dan juga dapat mengetahui kondisi masyarakat
Arab setelah turunnya Al-Quran, kemudian agar mengetahui ayat yang mula-mula
diturunkan dan yang terakhir diturunkan bagaimana cara Al-Quran diturunkan dan
dapat mengetahui lokasi penurunan Al-Quran.
A.
MASYARAKAT
ARAB PRA DAN PASCA DITURUNKANNYA AL-QURAN
1.
Kondisi Masyarakat Arab
Pra Turunnya Al-Quran
Ketika Nabi Muhammad SAW lahir (570 M) Makkah adalah sebuah kota yang
sangat penting dan terkenal di antara kota-kota di negeri Arab, baik karena
tradisinya maupun karena letaknya. Kota ini dilalui jalur perdagangan yang
ramai, menghubungkan Yaman di selatan dan Syiria di utara. Dengan adanya Ka’bah
di tengah kota, Makkah menjadi pusat keagamaan Arab. Ka’bah adalah tempat
mereka berziarah. Di dalamnya terdapat 360 berhala, mengelilingi berhala utama,
Hubal.
Masyarakat Arab hidup Nomaden dan menetap, hidup dalam budaya kesukuan
Badui. Kota terpenting di daerah ini adalah Makkah, kota suci tempat Ka’bah berdiri.
Ka’bah
masa itu bukan saja disucikan dan dikunjungi oleh penganut-penganut agama asli
Makkah, tetapi juga oleh orang-orang Yahudi yang bermukim di sana.
1)
Kondisi Geografis
Wilayah Arab merupakan wilayah gersang yang terisolasi, jika dilihat dari
sisi lautan dan daratan. Arab terbagi menjadi dua bagian besar; bagian tengah
dan bagian pesisir, dengan kondisi tidak ada sungai yang mengalir tetap, yang
ada hanya lembah-lembah berair di musim hujan. Sebagian besar adalah padang
pasir sahara yang memiliki sifat dan keadaan yang berbeda-beda.
2)
Kondisi Politik
Jazirah Arab tidak pernah diperhitungkan, oleh imperium raksasa seperti
Bizantium dan Persia yang mengapit Jazirah Arab. Dua imperium tersebut selalu
diliputi ketegangan memperebutkan kekuasaan. Peperangan antar suku menjadi
kesukaan masyarakat Arab. Situasi seperti ini terus berlangsung sampai agama Islamn
lahir. Konflik berkepanjangan
Bizantium dan Persia ini digambarkan dalam Al-Quran Surah Ar-Rum ayat 2 – 4 ;
ÏMt7Î=äñ ãPr9$# ÇËÈ þÎû oT÷r& ÇÚöF{$# Nèdur -ÆÏiB Ï÷èt/ óOÎgÎ6n=yñ cqç7Î=øóuy ÇÌÈ Îû ÆìôÒÎ/ úüÏZÅ 3 ¬! ãøBF{$# `ÏB ã@ö6s% .`ÏBur ß÷èt/ 4 7ͳtBöqtur ßytøÿt cqãZÏB÷sßJø9$# ÇÍÈ
Telah
dikalahkan bangsa Rumawi. Di negeri yang terdekat dan mereka sesudah dikalahkan
itu akan menang. Dalam beberapa tahun lagi. bagi Allah-lah urusan sebelum dan
sesudah (mereka menang). dan di hari (kemenangan bangsa Rumawi) itu
bergembiralah orang-orang yang beriman,
3)
Kondisi Sosial
Peradaban telah hancur akibat konflik antar etnis, kesukuan dan
primordialitas (mempertahankan adat kebiasaan turun temurun), Masyarakat Arab
suka berperang; karena itu peperangan antar suku sering terjadi. Akibatnya
nilai perempuan menjadi sangat rendah, tidak ada kesatuan dari struktur suku
langsung, mereka bermusuhan satu sama lain saling bermusuhan. Merampok adalah
hal biasa, dendam, berkelahi, tidak bermoral pada umumnya. Pada tingkat
individu termotivasi oleh keserakahan, egoistis, dan tidak terlalu peduli
dengan orang lain. Kecemburuan, eksploitasi, minuman keras, perjudian,
pembunuhan menggambarkan kejahatan dan kegagalan moral rakyat Arab.
4)
Kondisi Budaya
Akibat peperangan yang terus menerus, kebudayaan mereka tidak berkembang.
Karena itu bahan-bahan sejarah pra Islam sangat langka didapatkan. Sejarah
mereka hanya diketahui dari masa kira-kira 150 tahun menjelang lahirnya agama
Islam. Apa yang berkembang menjelang kelahiran Islam itu merupakan pengaruh
dari budaya bangsa-bangsa di sekitarnya yang lebih awal maju dari pada
kebudayaan dan peradaban Arab.
5)
Kondisi Ekonomi
Kota Makkah terletak di jalur perdagangan yang penting, disamping kondisi
geografis Jazirah Arab pada umumnya tandus dan gersang maka aktifitas ekonomi
lebih bertumpu pada sektor perdagangan, ada juga yang bertani, tetapi jumlahnya
sangatlah kecil. Kafilah disepakati sebagai jaminan keamanan dalam perjalanan,
karena perampokan menjadi momok yang sangat menakutkan. Meski iklim perdagangan
tumbuh sangat kondusif di Mekkah, bukan berarti pemerataan ekonomi yang
berkeadilan dapat terwujud di sana. Kondisi geografis yang panas ternyata turut
membentuk karakter orang-orang mekkah menjadi tempramental. Fenomena ini
menyulut hasrat monopoli ekonomi yang menimbulkan praktik-praktik perekonomian
yang tidak etis dan sangat eksploitatif. Ketimpangan ekonomi antara si kaya dan
si miskin begitu mengaga, karena itulah acap kali terjadi insiden-insiden kecil
yang berujung pada pecahnya konflik sosial.
2.
Kondisi Masyarakat Arab
Pasca Turunnya Al-Quran
Dalam rangka memperkokoh masyarakat dan Negara baru itu, Nabi segera meletakkan dasar-dasar
kehidupan bermasyarakat;
Dasar
pertama, pembangunan masjid, selain untuk tempat shalat, juga sebagai sarana
penting untuk mempersatukan kaum Muslimin dan mempertalikan jiwa mereka, tempat
bermusyawarah dan latihan perang.
Dasar
kedua, adalah Ukhuwah Islamiyah, persaudaraan sesama muslim. Nabi
mempersaudarakan antara golongan Muhajirin dan Anshar.
Dasar
ketiga, hubungan persahabatan dengan pihak-pihak lain yang tidak beragama Islam.
Dalam bidang sosial, dia juga meletakkan dasar persamaan antar sesama
manusia. Perjanjian ini, dalam pandangan ketatanegaraan sekarang, sering
disebut dengan Konstitusi Madinah.
B. PERISTIWA AYAT PERTAMA AL-QURAN DITURUNKAN
DAN TEMPATNYA
Pendapat
yang paling shahih mengenai yang pertama kali turun ialah firman Allah:
ù&tø%$#
ÉOó$$Î/ y7În/u Ï%©!$# t,n=y{ ÇÊÈ t,n=y{ z`»|¡SM}$# ô`ÏB @,n=tã ÇËÈ
ù&tø%$# y7/uur ãPtø.F{$# ÇÌÈ
Ï%©!$#
zO¯=tæ ÉOn=s)ø9$$Î/ ÇÍÈ
zO¯=tæ z`»|¡SM}$# $tB
óOs9 ÷Ls>÷èt ÇÎÈ
Bacalah
dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan. Dia Telah menciptakan manusia
dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah. Yang mengajar
(manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya.
Pendapat
ini didasarkan pada suatu hadits yang diriwayatkan oleh dua syaikh ahli hadits
dan yang lain, dari Aisyah r.a mengenai peristiwa turunnya ayat ini di gua
Hira, diawali dari mimpi Rasulullah yang melihat dalam mimpi itu keadaan terang
benderang bagaikan terangnya pagi hari, kemudian dia sering menyendiri dan
kemudian beberapa kali ia mendatangi gua Hira untuk beribadah beberapa malam.
Lalu turunlah lima ayat ini.
Dikatakan
pula, bahwa yang pertama kali turun ialah firman Allah : Yaa ayyuhal muddassiir
(wahai orang yang berselimut). Ini didasarkan pada hadits yang diriwayatkan
oleh dua syaikh ahli hadits:
Dari
Abu Salamah bin Abdurrahman; dia berkata: “Aku telah bertanya kepada Jabir bin
Abdullah: Yang manakah di antara Quran itu yang turun pertama kali? Dia
menjawab: Yaa ayyuhal muddassir. Aku bertanya lagi: Ataukah iqra’ bismi rabbik?
Dia menjawab: “Aku katakan kepadamu apa yang dikatakan Rasulullah s.a.w. kepada
kami: “Sesungguhnya aku berdiam diri di gua Hira. Maka ketika habis masa
diamku, aku turun lalu aku telusuri lembah. Aku lihat ke muka, ke belakang, ke
kanan dan ke kiri. Lalu aku lihat ke langit, tiba-tiba aku melihat jibril yang
amat menakutkan. Maka aku pulang ke Khadijah. Khadijah memerintahkan mereka
untuk menyelimuti aku. Mereka pun menyelimuti aku. Lalu Allah menurunkan:
“Wahai orang yang berselimut; bangkitlah, lalu berilah peringatan.”
Mengenai
hadits Jabir ini, dapatlah dijelaskan bahwa pertanyaan itu mengenai surah yang
diturunkan secara penuh. Jabir menjelaskan bahwa surah Muddassir-lah yang turun
secara penuh sebelum surah Iqra’ selesai diturunkan, karena yang turun pertama
sekali dari surah Iqra’ itu hanyalah permulaannya saja. Hal yang demikian ini
juga diperkuat oleh hadits Abu Salamah dari Jabir yang terdapat dalam Shahih
Bukhari dan Muslim. Jabir berkata:
“Aku
telah mendengar Rasulullah s.a.w. ketika ia berbicara mengenai putusnya wahyu,
maka katanya dalam pembicaraan itu: ‘Ketika aku berjalan, aku mendengar suara
dari langit. Lalu aku angkat kepalaku, tiba-tiba aku melihat malaikat yang
mendatangi aku di gua Hira itu duduk diatas kursi antara langit dan bumi, lalu
aku pulang dan aku katakan: Selimuti aku! Mereka pun menyelimuti aku. Lalu
Allah menurunkan: Yaa ayyuhal muddassir.’”
Hadits ini
menunjukkan bahwa kisah tersebut lebih kemudian daripada kisah gua Hira, atau
Muddassir itu adalah surah pertama yang diturukan setelah terhentinya wahyu.
Jabir telah mengeluarkan yang demikian ini dengan ijtihadnya, akan tetapi
riwayat Aisyah lebih mendahuluinya. Dengan demikian maka ayat Quran yang
pertama kali turun secara mutlak ialah Iqra’ dan surah yang pertama diturunkan
secara lengkap dan pertama diturunkan setelah terhentinya wahyu ialah Yaa
ayyuhal muddassir dan untuk kenabiannya ialah Iqra’.
Dikatakan
pula, bahwa yang pertama kali turun adalah surah Fatihah. Mungkin yang
dimaksudkan adalah surah yang pertama kali turun secara lengkap.
Disebutkan
juga bahwa yang pertama kali turun adalah Bismillaahirrahmaanirrahiim, karena
basmalah ini turun mendahului setiap surah. Dalil-dalil kedua pendapat tersebut
mursal. Pendapat pertama yang didukung oleh hadits Aisyah itulah pendapat yang
kuat dan masyhur.
Cara
menyatukan pendapat-pendapat di atas bahwa ayat yang pertama kali turun adalah Iqra’ bismirrabbik, dan ayat mengenai
perintah tablig (untuk menyampaikan) yang pertama kali turun ialah Yaa ayyuhal muddassir, sedang surah yang
pertama kali turun ialah Fatihah.
Juga
dikatakan bahwa yang pertama kali turun mengenai kerasulan adalah Yaa ayyuhal muddassir, dan yang pertama
kali turun mengenai kenabian adalah Iqra’
bismi rabbik. Hal itu disebabkan para ulama mengatakan bahwa firman Allah Iqra’ bismi rabbik itu menunjukkan
kenabian Muhammad s.a.w. sebab kenabian itu adalah wahyu kepada seseorang melalui
perantaraan malaikat dengan penugasan khusus. Sedang firman Allah Yaa ayyuhal muddassir; qum fa anzir itu
menunjukkan kerasulannya, sebab kerasulan itu adalah wahyu kepada seseorang
dengan perantaraan malaikat dengan penugasan umum.
C. PERISTIWA AYAT AL-QURAN TERAKHIR
DITURUNKAN DAN TEMPATNYA
Dikatakan
bahwa ayat terakhir yang diturunkan itu adalah ayat mengenai riba. Ini
didasarkan pada hadits yang dikeluarkan oleh Bukhari dari Ibnu Abbas, yang
mengatakan: ”ayat terakhir yang diturunkan adalah ayat mengenai riba.” Yang dimaksudkan
adalah firman Allah:
$ygr'¯»t
úïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#qà)®?$# ©!$# (#râsur $tB uÅ+t/ z`ÏB (##qt/Ìh9$# bÎ) OçFZä. tûüÏZÏB÷sB ÇËÐÑÈ
Hai
orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba
(yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman. (QS. Al-Baqarah: 278)
Dan
dikatakan pula bahwa ayat Quran yang terakhir diturunkan ialah firman Allah:
(#qà)¨?$#ur
$YBöqt cqãèy_öè? ÏmÏù n<Î) «!$# ( §NèO 4¯ûuqè? @ä. <§øÿtR $¨B ôMt6|¡2 öNèdur w tbqãKn=ôàã ÇËÑÊÈ
Dan
peliharalah dirimu dari (azab yang terjadi pada) hari yang pada waktu itu kamu
semua dikembalikan kepada Allah. Kemudian masing-masing diri diberi balasan
yang Sempurna terhadap apa yang Telah dikerjakannya, sedang mereka sedikitpun
tidak dianiaya (dirugikan). (QS. Al-Baqarah: 281)
Ini didasarkan pada hadits
yang diriwayatkan oleh An-Nasa’i dan lain-lain, dari Ibn Abbas dan Said bin
Jubair: Ayat Quran terakhir turun ialah: Dan
peliharalah dirimu dari azab yang terjadi pada suatu hari yang pada waktu itu
kamu semua dikembalikan kepada Allah...” (al-Baqarah: 281)
Juga
dikatakan bahwa yang terakhir kali turun itu ayat mengenai utang; berdasarkan
hadits yang diriwayatkan dari Sa’id bin al-Musayyab: ”Telah sampai kepadanya
bahwa ayat Quran yang paling muda di ’Arsy ialah ayat mengenai utang.” yang
dimaksudkan ialah ayat:
$ygr'¯»t
úïÏ%©!$# (#þqãZtB#uä #sÎ) LäêZt#ys? AûøïyÎ/ #n<Î) 9@y_r& wK|¡B çnqç7çFò2$$sù 4
”Hai
orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah[179] tidak secara tunai
untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya.” ............ (QS. Al-Baqarah: 282)
Ketiga
riwayat itu dapat dipadukan, yaitu bahwa ketiga ayat tersebut di atas diturunkan
sekaligus seperti tertib urutannya di dalam mushaf. Ayat mengenai riba, ayat
peliharalah dirimu dari azab yang terjadi pada suatu hari kemudian ayat
mengenai utang, karena ayat-ayat itu masih satu kisah. Setiap perawi
mengabarkan bahwa sebagian dari yang diturunkan itu sebagai yang terakhir kali.
Dan itu memang benar. Dengan demikian, maka ketiga ayat itu tidak saling
bertentangan.
Dikatakan
pula bahwa yang terakhir kali diturunkan adalah ayat mengenai kalalah. Bukhari
dan Muslim meriwayatkan dari Barra’ bin ’Azib; dia berkata: ”ayat yang terakhir
kali turun adalah:
y7tRqçFøÿtGó¡o È@è% ª!$# öNà6ÏFøÿã Îû Ï's#»n=s3ø9$# 4 È
Mereka
meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah)[387]. Katakanlah: "Allah memberi
fatwa kepadamu tentang kalalah. (An-Nisa’: 176)
[387] kalalah ialah: seseorang mati yang tidak
meninggalkan ayah dan anak.
Ayat yang
terakhir menurut hadis Barra’ ini adalah berhubungan dengan masalah warisan.
Pendapat
lain menyatakan bahwa yang terakhir turun adalah firman Allah:
ôs)s9
öNà2uä!%y` Ñ^qßu ô`ÏiB öNà6Å¡àÿRr&
Sungguh
Telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, ...” (QS. At-Taubah: 128)
Dalam
al-Mustadrak disebutkan, dari Ubay bin Ka’ab yang mengatakan: “ayat yang
terakhir kali diturunkan: “Sungguh Telah
datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, ...” sampai akhir surah.
Mungkin yang dimaksudkan adalah ayat terakhir yang diturunkan dari surah
At-Taubah. Muslim meriwayatkan dari Ibnu Abbas, hadits ini memberitahukan bahwa
surah ini ialah surah yang diturunkan terakhir kali, karena ayat ini
mengisyaratkan wafatnya Nabi s.a.w. sebagaimana difahami oleh sebagian sahabat.
Atau mungkin surah ini adalah surah yang terakhir kali diturunkan.
Dikatakan
pula bahwa yang terakhir kali turun adalah surah al-Maidah. Ini didasarkan pada
riwayat Tirmidzi dan Hakim, dari ‘Aisyah r.a. Tetapi menurut pendapat kami,
surah itu surah yang terakhir kali turun dalam hal halal dan haram, sehinggan
tak satu hukum pun yang dinasikh di dalamnya.
Juga
dikatakan bahwa yang terakhir kali turun adalah firman Allah:
z>$yftFó$$sù
öNßgs9 öNßg/u ÎoTr& Iw ßìÅÊé& @uHxå 9@ÏJ»tã Nä3YÏiB `ÏiB @x.s ÷rr& 4Ós\Ré& ( Nä3àÒ÷èt/ .`ÏiB <Ù÷èt/ ( t
“Maka
Tuhan mereka memperkenankan permohonannya (dengan berfirman):
"Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di
antara kamu, baik laki-laki atau perempuan, (karena) sebagian kamu adalah turunan
dari sebagian yang lain.” (Ali ‘Imran : 195)
Ini didasarkan pada hadits
yang diriwayatkan oleh Ibn Mardawaih melalui Mujahid, dari Ummu Salamah; dia
berkata: “Ayat yang terakhir kali turun adalah ayat ini. Hal itu disebabkan dia
(Ummu Salamah) bertanya: Wahai
Rasulullah, aku melihat Allah menyebutkan kaum lelaki akan tetapi tidak
menyebutkan kaum perempuan. Maka turunlah ayat: “Dan janganlah kamu iri terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada
sebagian kamu lebih banyak daripada sebagian yang lain.” (an-Nisa’: 32) dan
turun pula: “Sesungguhnya lai-laki dan
perempuan yang Muslim.”(al-Ahzab: 35). Serta ayat ini: “Maka Tuhan mereka...” Ayat ini adalah yang terakhir diturunkan
yang di dalamnya tidak hanya disebutkan kaum lelaki secara khusus.
Dari
riwayat itu jelaslah bahwa ayat tersebut yang terakhir turun di antara ketiga
ayat di atas, dan yang terakhir yang turun dari ayat-ayat yang di dalamnya
disebutkan kaum perempuan.
Ada juga
dikatakan bahwa ayat yang terakhir yang turun ialah ayat:
`tBur
ö@çFø)t $YYÏB÷sãB #YÏdJyètGB ¼çnät!#tyfsù ÞO¨Yygy_ #V$Î#»yz $pkÏù |=ÅÒxîur ª!$# Ïmøn=tã ¼çmuZyès9ur £tãr&ur ¼çms9 $¹/#xtã $VJÏàtã ÇÒÌÈ
“Dan barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja
Maka balasannya ialah Jahannam, kekal ia di dalamnya dan Allah murka kepadanya,
dan mengutukinya serta menyediakan azab yang besar baginya.” (An-Nisa: 93)
Ini didasarkan pada hadits
yang diriwayatkan Buhkari dan yang lain dari Ibn Abbas yang mengatakan: “Ayat
ini (An-Nisa: 93) adalah ayat yang terakhir di turunkan dan tidak dinasikh oleh
apapun.” Ungkapan “ia tidak dinasikh oleh apapun” itu menunjukkan bahwa ayat
itu ayat yang terakhir turun dalam hukum membunuh seorang mukmin dengan
sengaja.”
Dari Ibn Abbas dikatakan:
“Surah terakhir yang diturunkan ialah:
#sÎ)
uä!$y_ ãóÁtR «!$# ßx÷Gxÿø9$#ur ÇÊÈ
Apabila
Telah datang pertolongan Allah dan kemenangan. (Q.S. An-Nashr: 1)
Pendapat-pendapat
ini semua tidak mengandung sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad saw.,
masing-masing merupakan ijtihad dan dugaan. Mungkin pula bahwa masing-masing
mereka itu memberitahukan mengenai apa yang terakhir didengarnya dari
Rasulullah. Atau mungkin juga masing-masing mengatakan hal itu berdasarkan apa
yang terakhir diturunkan dalam hal perundang-undangan tertentu, atau dalam hal
surah terakhir yang diturunkan secara lengkap seperti setiap pendapat yang
telah kami kemukakan di atas. Adapun firman Allah:
ô
tPöquø9$# àMù=yJø.r& öNä3s9 öNä3oYÏ àMôJoÿøCr&ur öNä3øn=tæ ÓÉLyJ÷èÏR àMÅÊuur ãNä3s9 zN»n=óM}$# $YYÏ
“Pada
hari Ini Telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan Telah Ku-cukupkan kepadamu
nikmat-Ku, dan Telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.” (Al-Maidah: 3)
Ayat ini
diturunkan di Arafah tahun Haji Perpisahan (Wada’). Pada lahirnya ia
menunjukkan penyempurnaan kewajiban dan hukum. Telah pula disyaratkan di atas,
bahwa riwayat mengenai turunnya ayat riba, ayat utang-piutang, ayat kalalah dan
yang lain itu setelah ayat ketiga surah al-Maidah. Oleh karena itu para Ulama
menyatakan kesempurnaan agama di dalam ayat ini.
Sumber Bacaan:
Manna’ Khalil Al-Qattan, Ilmu-Ilmu Al-Quran
Subhi Ash-Shalih, Studi Ilmu-Ilmu Al-Qur’an
Tidak ada komentar:
Posting Komentar